Jakarta -Berbagai negara mulai mencanangkan untuk fokus menggarap potensi pada ekonomi digital, salah satunya juga dilakukan oleh Indonesia. Pemerintah sendiri telah mencanangkan sasaran pada 2020, nilai bisnis ekonomi digital Indonesia mencapai USD 130 miliar atau setara Rp 1.730 triliun.
Hal ini juga dilihat oleh perusahaan digital besar ibarat Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia mencapai USD 133 miliar atau sekitar Rp 1.826 triliun pada 2025, melonjak dari proyeksi 2019 sebesar US$ 21 miliar.
Menanggapi fenomena tersebut, CEO Menara Digital Enterprise, Anthony Leong menyampaikan generasi milenial terutama kalangan mahasiswa harus sanggup melihat ekonomi digital sebagai salah satu sektor industri yang mempunyai potensi tinggi di kurun industri 4.0 ini. Menurutnya alasannya yaitu mereka merupakan digital natives yang dalam kesehariannya hampir tak sanggup lepas dari smartphone dan internet.
"Hanya saja behaviournya ini harus kita ubah, jangan hanya menjadi konsumen, kita harus ubah paradigma menjadi produsen yang menghasilkan produk yang mempunyai penemuan dan value," lanjutnya
Pakar Komunikasi Digital tersebut menambahkan bahwa generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0. Indonesia. Untuk itu reskilling dan upskilling itu dibutuhkan alasannya yaitu digitalisasi ekonomi membutuhkan skill set yang berbeda dengan ekonomi sebelumnya.
"Sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif sanggup mengambil kesempatan gres untuk menyebarkan bisnis di kurun digital. Jutaan pekerjaan akan hilang dengan hadirnya robotic automation. Ini yang perlu jadi konsen kita bersama, jangan hingga jikalau tidak ada ketrampilan dan penemuan kita akan stagnan. Hanya satu profesi yang tidak sanggup tergantikan dengan robot yaitu politisi," kata Anthony sambil menunjuk anggota dewan perwakilan rakyat RI dari Nasdem, Arkanata Akram yang turut hadir dalam diskusi tersebut.
Foto: Menara Digital Enterprise |
Fungsionaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menyampaikan, generasi milenial Indonesia harus memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin. Tidak hanya menjadi pengguna dan konsumen, namun harus sanggup menjadi produsen, biar muncul lagi unicorn atau bahkan decacorn milik anak bangsa yang akan mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.
"Momentum ini harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin, biar Indonesia sanggup menjadi pemain utama di kurun ekonomi digital. Berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-commerce di Indonesia sangat besar. Jangan hingga transaksi yang begitu besar ini hanya dinikmati oleh abnormal alasannya yaitu di balik unicorn kita yaitu investor asing. Harus ada sistem pendanaan lain misalkan dengan crowdfunding berbasis koperasi, jikalau sanggup diimplementasikan maka abnormal tidak begitu gampang masuk. Pemerintah juga harus tegas menciptakan border biar abnormal tidak begitu gampang menguasai, jikalau mau masuk ke Indonesia harus menggandeng pengusaha lokal," kata Anthony.
Terakhir, Anthony menyampaikan Indonesia sudah menjadi penyumbang 4 unicorn dan berada di peringkat ke-7 di dunia, mengalahkan negara maju ibarat Francis, Swiss, dan Israel. Ia berharap ke depan lahir startup yang berbasis industri.
"Ke depan produk startup yang kita hasilkan harus diberi sentuhan yang berbasis industrialisasi. Pelaku industri harus memanfaatkan teknologi ini. Kini sudah banyak startup yang lahir yang memang memudahkan masyarakat yakni dengan shifting behaviour. Perlu terobosan lain. Mari kita bersama majukan sektor ekonomi digital Indonesia dan harumkan nama bangsa di dunia Internasional," tutup Anthony.
Sumber detik.com
Posting Komentar