Banyuwangi -Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Kampung Digital di ruang terbuka hijau (RTH) Maron, Kecamatan Genteng. Festival ini memamerkan banyak sekali kemajuan desa hasil penemuan berbasis digital. Mulai sektor pelayanan publik, pelayanan kesehatan, sampai ekonomi kreatif.
"Kemajuan Banyuwangi tidak sanggup dilepaskan dari kemajuan desa-desanya. Tahun ini ada dua ajang bazar khusus yang menjadi pesta penemuan desa, yaitu Festival Smart Kampung pada Juli kemudian yang lebih lengkap, dan hari ini ada Festival Kampung Digital, yang juga mengangkat sebagian penemuan desa," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada wartawan, Selasa (3/9/2019).
Anas menyampaikan digitalisasi telah menawarkan fasilitas dan percepatan dalam banyak sekali kegiatan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. "Kalau pelayanan publiknya baik, dampaknya ke ekonomi rakyat niscaya juga baik," ujarnya.
Saat ini, dari 189 desa di Banyuwangi, 90 persen di antaranya sudah dimasuki jaringan internet berbasis serat optik (fiber optic/FO). Pemkab Banyuwangi menggandeng dua perusahaan teknologi informasi untuk keperluan tersebut.
"Dengan adanya jaringan internet ke desa-desa, kami harapkan sanggup memaksimalkan kegiatan Smart Kampung. Bukan hanya memberi pelayanan publik yang maksimal, namun juga mengintegrasikan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kreatif," ujarnya.
Salah satu penemuan yang ditampilkan ialah layanan KIOSK milik Desa Kaligung, Kecamatan Blimbingsari. KIOSK ialah bab dari kegiatan SMART Kampung yang berisi aplikasi layanan data dan informasi wacana kependudukan, kesehatan, dan pendidikan. Dengan aplikasi ini, warga sanggup melaksanakan layanan berdikari untuk banyak sekali keperluan hanya dengan memindai KTP pada perangkat yang disediakan.
Selain itu, ada aplikasi kesehatan Siap Cantik (Sistem Aplikasi Posyandu dengan Pencatatan Elektronik) milik Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng. Aplikasi berbasis Android ini memberi fasilitas bagi pengguna layanan, khususnya ibu-ibu di kampung-kampung, untuk melihat perkembangan kesehatan dan mendapat tips dan informasi seputar kesehatan.
"Ternyata, jikalau terus didorong, desa-desa berlomba-lomba untuk menawarkan yang terbaik. Festival ini juga sebagai media mencar ilmu bagi perangkat desa-desa lainnya, biar termotivasi untuk melaksanakan hal yang sama. Terjadi kompetisi yang sehat untuk saling berinovasi. Artinya, iklim penemuan tumbuh subur di Banyuwangi," ujar Anas.
Festival Kampung Digital juga menghadirkan pelaku UMKM desa yang sukses berbisnis berkat teknologi digital. Salah satunya ialah Etik Nur Christiani asal Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, yang mempunyai perjuangan kudapan khas Banyuwangi. Etik dibantu Rumah Kreatif di bawah naungan Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi wacana pengemasan produk.
"Berkat kemasan yang lebih menarik, produk saya laris di pasaran. Apalagi kami juga dibantu berjualan dan promosi via media umum sampai mendapat reseller. Semakin pesat bisnis saya. Alhamdulillah, dengan online, omzet meningkat dari Rp 25 juta per bulan menjadi Rp 80-an juta per bulan," kata Etik.
Festival Kampung Digital yang berlangsung selama dua hari, 3-4 September, juga dirangkai dengan Kelas Digital, yang pesertanya terdiri atas santri, penggagas Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dan cowok Karang taruna. Mereka mendapat ilmu dari praktisi online berpengalaman dari startup teknologi ritel Warung Pintar dan Siber Kreasi KOMINFO.
Sumber detik.com
Posting Komentar