Jakarta -
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) tengah berupaya merealisasikan jaringan pelabuhan yang terintegrasi (integrated port network) atau yang dikenal dengan Trilogi Maritim. Ini sejalan dengan sasaran operator pelabuhan Tanjung Priok ini menjadi trade facilitator pada tahun 2024.
Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, menjelaskan konsep Trilogi Maritim, meliputi tiga pilar, yaitu standarisasi pelabuhan, aliansi pelayaran dan industri yang terakses baik dengan pelabuhan. Dalam hal standarisasi pelabuhan, perlu ada kualitas standar, baik fisik maupun teknologi yang digunakan.
"Ada aspek transformasi di 3 elemen yaitu pelabuhan, daerah industri, dan kapal. Misalnya pelayaran dengan kapal-kapal besar yang bekerja sama satu sama lain, ada standarisasi infrastruktur antar pelabuhan, dan ada daerah industri yang erat dengan pelabuhan sehingga keluar masuk barang dapat lebih cepat," terang Elvyn dalam keterangannya, Senin (10/6/2019).
Menurutnya, dengan mengubah bisnis menjadi trade facilitator yang tak cukup hanya menjadi operator pelabuhan, ongkos logistik di Indonesia dapat ditekan dengan sangat signifikan. Trade facilitator, dimulai dengan mengubah hampir seluruh layanan jadi serba digital, baik pelayanan di darat maupun laut.
Dalam perkembangannya, sambung Elvyn, IPC tengah menyiapkan platform digital laiknya distributor travel online yang layanannya meliputi hampir semua yang terkait dengan jasa logistik. Semua pelaku perjuangan logistik dapat saling terhubung.
Dia mencontohkan, pemilik kontainer dapat memesan kargo kapal, lokasi terminal, sewa gudang, sampai menentukan truk dari perusahaan logistik dalam satu platform digital. Diharapkan, implementasinya dapat menurunkan biaya logistik sampai 4,9% atau turun dari cost logistic dikala ini yang mencapai 25%.
"Trade facilitator mendorong peningkatan perdagangan lebih optimal. Contohnya kita siapkan satu platform digital yang di dalamnya ada pelaku perjuangan pergudangan, pengguna jasa, importir eksportir, perusahaan logistik, dan semua pelaku perjuangan terkait, termasuk perizinan. Sehingga akan ada transparansi, jalan masuk lebih mudah, lebih murah, dan mempercepat jalan masuk keluar masuk barang di Indonesia," ujarnya.
"Seperti di travel agent online, cari pesawat, hotel, kereta api, dalam satu platform. Trade facilitator mewujudkan marketplace maritim hub. Di online, kita dapat pilih kapal yang mau ke Eropa atau AS, dapat pilih truk, pilih mau sewa gudang dimana," imbuhnya.
Lanjut Elvyn, sejumlah implementasi menimbulkan IPC sebagai trade facilitator sudah dibereskan. Di Priok sendiri, kapal-kapal besar sekarang dapat bersandar dan mengangkut kontainer eksklusif ke tujuan simpulan tanpa transit ke Singapura menyerupai Jepang, China, Eropa, dan Amerika. Kemudian, mendekatkan pelabuhan dengan daerah industri.
"Ini yang saya maksud Trilogi Maritim yang terekseskusi lewat trade facilitator. Hitungan kita, sasaran pemerintah menurunkan biaya logistik 4,9% di 2022 dapat tercapai. Di sisi maritim distribusi barang dari maritim ke darat lebih murah, alasannya ialah keluar masuk cepat, pengusaha tak perlu lagi pakai gudang sehingga cost lebih murah, dan izin-izin bila dapat diurus online dalam platform digital akan jauh lebih murah," terangnya.
Elvyn juga menyinggung kesiapan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara. IPC dikala ini telah membuka layanan pelayaran eksklusif atau direct call services ke Amerika, Eropa, Australia dan Intra Asia sehingga dapat memangkas biaya logistik sampai 20%.
"Selama ini ekspor barang ke AS banyak pakai kapal kecil ke Singapura. Dari kapal kecil dipindah ke kapal besar buat dikirim ke tujuan akhir, berarti ada double handling, ongkosnya dua kali. Kita sudah siapkan Priok jadi transhipment, barang-barang dari Semarang, Surabaya, dan kota lain kita bawa singgah ke Jakarta dulu tanpa lewat Singapura," tandasnya.
Posting Komentar