Seberapa Jauh Thailand Berani Melangkah Dalam Upaya Legalkan Ganja
Bangkok - Negara gajah putih ini menjadi informasi utama di seluruh dunia pada Desember 2018 alasannya yakni menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan ganja untuk keperluan medis dan tujuan penelitian.

Seberapa Jauh Thailand Berani Melangkah Dalam Upaya Legalkan Ganja


Bangkok - Negara gajah putih ini menjadi informasi utama di seluruh dunia pada Desember 2018 alasannya yakni menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan ganja untuk keperluan medis dan tujuan penelitian. 

Keputusan ini memicu banyak sekali pihak untuk ikut terlibat dalam urusan tumbuhan yang digadang-gadang sanggup menjadi penghasil uang utama bagi negara itu. Legalisasi ganja secara menyeluruh menjadi kebijakan inti dari kampanye Partai Bhumjaithai dalam pemilihan umum 24 Maret lalu. Kampanye ini membantunya memenangkan dingklik terbanyak kelima di tubuh legislatif gres Thailand.

Pemerintah juga menyampaikan bahwa pengembangan potensi industri medis dari ganja sebagai salah satu prioritasnya, dan menyampaikan bahwa studi dan pengembangannya "harus dipercepat untuk industri medis guna membuat peluang ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat."

Demam emas hijau

Sejumlah pihak pun terserang dengan apa yang disebut "demam hijau" dan paket pertama minyak ganja medis juga telah dikirim dan didistribusikan ke rumah sakit awal Agustus lalu. Beberapa perusahaan telah mengajukan izin penelitian dan paten. Mereka berusaha mendapat bab 'kue' di pasar yang gres dan berpotensi menguntungkan ini.

Yang tertarik ternyata bukan cuma pihak swasta. Pemerintah pun telah membangun akomodasi produksi ganja medis berskala industri yang menampung 12.000 tanaman, dan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Fasilitas ini ditargetkan sanggup memproduksi lebih dari satu juta botol minyak ganja pada Februari 2020.

"Ganja yakni tumbuhan komersial masa depan Thailand," ujar Sontirat Sontijirawonghas, Sekretaris Jenderal Partai Phalang Pracharat yang tengah berkuasa ketika ini, sekaligus mantan menteri perdagangan Thailand.

Meskipun ketika ini hanya rumah sakit dan forum penelitian yang boleh mengajukan izin untuk berbagi ekstrak ganja medis, tumbuhan ini mempunyai potensi miliaran dolar jikalau perusahaan swasta diizinkan bergabung dengan euforia pasar. Pasar ganja medis di Asia diperkirakan akan bernilai sekitar 5,8 miliar dolar AS (Rp 81,6 triliun) pada tahun 2024, berdasarkan sebuah perusahaan riset ganja, Prohibition Partners.

Mariyuana peliharaan sendiri

Partai Bhumjaithai juga mendorong rancangan undang-undang yang akan memungkinkan tiap rumah tangga untuk menanam enam tumbuhan ganja, untuk kebutuhan medis pribadi. Namun Partai Bhumjaithai juga menekankan bahwa kebijakan tersebut tidak akan membolehkan penggunaan mariyuana untuk kebutuhan rekreasional. RUU itu diperkirakan akan disahkan tahun depan sehabis 

Parlemen Thailand memulai kembali sesi kerja pada bulan November. "Kebijakan itu sanggup membantu pemerintah dalam hal produksi dan aksesibilitas obat-obatan," Kitty Chopaka, pendiri Elevated Estate dan pemimpin Highland Network, kelompok advokasi ganja yang berkantor di Highland, menyampaikan kepada DW.

Bukan untuk kebutuhan rekreasional

Meski telah ada kemajuan pesat dalam kemungkinan untuk melegalitas pemakaian ganja untuk keperluan medis, pengakuan penuh untuk tujuan rekreasional nampaknya mustahil terwujud dekat-dekat ini. Negara ini selama beberapa kurun memang telah memakai ganja untuk pengobatan tradisional. Namun tetap ada stigma terkait pemakaian tumbuhan ini untuk kebutuhan bersenang-senang. Pejabat pemerintah terkemuka enggan menganjurkan penggunaan ganja untuk rekreasi meski potensi ekonomi dari tumbuhan begitu menggiurkan. Pejabat lain dengan tegas menolak kemungkinan legalisasi.

Baca juga: Pengamat: Soal Legalisasi Ganja Medis, Indonesia Bisa Contoh Thailand

Ganja di Asia Tenggara

Meskipun ganja tetap tabu, negara-negara lain di Asia Tenggara sanggup saja terpengaruhi dan mengikuti jejak Thailand meski ketika ini banyak negara menerapkan undang-undang antinarkoba yang tegas. Malaysia tengah berencana untuk mendekriminalisasi kepemilikan obat terlarang bila jumlahnya sedikit. Banyak orang di negara ini juga mendorong pemerintah untuk menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan tumbuhan ganja untuk keperluan medis.

Di Filipina, yang sedang menyerukan perang melawan narkoba dalam beberapa tahun terakhir, RUU untuk melegalkan ganja untuk kebutuhan medis telah disetujui di Dewan Perwakilan Rakyat. Singapura juga telah memulai penelitian ihwal ganja untuk keperluan medis.

Untuk ketika ini, Thailand sedang mengejar jejaknya sendiri dengan merangkul peluang yang disajikan oleh potensi moneter tanaman. Demam ganja bahkan telah membuat negara ini menjadi tuan rumah World Ganja Festival 2020, yang akan diselenggarakan dari 29 Januari sampai 2 Februari 2020.

Sumber detik.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama