Essen -
20 judul board game dibawa mewakili Indonesia ke pekan raya SPIEL 2019, salah satu pekan raya permainan terbesar di dunia yang digelar di Essen, Jerman. Lewat proses penjurian yang dilakukan sebelum diberangkatkan ke Jerman, enam judul board game dipilih untuk menjadi sorotan di stan Indonesia. Proses ini dilakukan guna mencari judul-judul permainan yang mempunyai potensi besar untuk pasar internasional.
Ketua Asosiasi Pegiat Industri Board Game Indonesia (APIBGI), Andre Dubari memberikan dengan memperlihatkan panggung kepada pembuat permainan-permainan ini di kancah internasional, apalagi dengan kolaborasi dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF), kesempatan untuk menerima lisensi dari penerbit-penerbit besar dunia menjadi lebih besar dan memperlihatkan keseriusan Indonesia dalam industri ini.
Andre juga mencontohkan, board game berjudul Timun Mas akan diterbitkan oleh penerbit Blue Orange asal Prancis di tahun 2020 di sekurangnya 26 negara.
"Bayangkan, permainan yang terinspirasi dari dongeng rakyat Indonesia akan dimainkan oleh belum dewasa di seluruh dunia sampai mereka tahu bahwa Timun Mas itu dongeng dari Indonesia. Selain itu, board game asal Indonesia dinilai eksotis alasannya ialah dongeng yang diangkat biasanya terinspirasi dari budaya dan dongeng orisinil tanah air," ujar Andre.
Rela rogoh kocek demi bermain
Setiap tahunnya, penggila permainan akan datang, bahkan tahun ini jumlah pengunjung pecahkan rekor menjadi 209,000 orang. Salah satunya di antaranya ialah Stephan Sonny. Pegiat board game dari Indonesia yang berdomisili di Jerman itu selalu menyempatkan waktu setiap tahun untuk mengikuti tren permainan dunia.
Tak sekadar menikmati pameran, ia juga akan membeli banyak board game untuk di review di website buatannya meepleeksyen.com. Di laman itu, bersama teman-temannya mereka akan membahas seluk beluk board game terbaru. Co-founder meepleeksyen itu tidak mewaspadai keunikan permainan Indonesia, meski masih ada catatan yang patut diperhatikan.
"Board game asal Indonesia itu bersaing, namun ada beberapa hal yang harus dibenahi dan diperhatikan jikalau ingin produknya dimainkan oleh pasar yang lebih besar. Antara lain, ikuti tren yang ada, kenali harapan dan lokasi pasar, apakah pasar Eropa atau Amerika yang akan lebih menguntungkan untuk jenis-jenis board game kita dan perbaiki komponen pendukung permainan," ujar Stephan kepada DW Indonesia.
Sampai ketika ini, Stephan telah menulis sekitar 30 ulasan wacana board game di websitenya dan mengaku sanggup menghabiskan sampai 250 Euro, setara 4 juta Rupiah per bulan hanya untuk membeli board game yang akan ia ulas.
Board game semakin diminati
Bila kita bicara wacana board game atau permainan papan, mungkin Monopoli atau Ular Tangga ialah nama-nama yang pertama kali muncul di kepala kita. Umumnya, permainan online jauh lebih digemari daripada sekadar bermain sejenis monopoli. Tapi bagi para pengunjung SPIEL 2019, interaksi dengan pemain lain di atas papan game yang dimainkan secara eksklusif bersama partner lebih menarik dan tidak sanggup tergantikan dibandingkan dengan game online.
"Untuk main board game, para pemain harus hadir duduk bersama dan berinteraksi secara langsung, saya kira itu ialah nilai yang paling penting dan akan makin sulit ditemukan di masa yang akan semakin ter-digitalisasi ini," ujar Andre, Ketua APIBGI.
Antusiasme pengunjung sanggup dilihat ketika berada di stan Indonesia. Tak sedikit yang tiba untuk mencoba-coba permainan bersama pengunjung lainnya sampai membeli beberapa board game sekaligus. Yang ikut bermain sangat beragam, ada yang tiba bersama keluarga, namun tak sedikit yang berasal dari komunitas board game.
Potensi Indonesia
Pameran tahunan yang dimulai semenjak 2015 ini memang menjadi kiblat industri para penikmat sampai penerbit permainan board game. Selama empat hari, dari 24 sampai 27 Oktober 2019, pelaku kreatif dari Indonesia harus berupaya menarik perhatian para penerbit permainan Eropa, supaya tak hanya Timun Mas saja yang menerima lisensi.
"Dengan hadirnya stan Indonesia di hall 3 bersama nama-nama besar industri board game, ini sudah memperlihatkan kesungguhan Indonesia, yang juga dibantu tubuh dari pemerintah, mendorong pelaku-pelaku industri board game untuk menjadi lebih termotivasi untuk unjuk gigi di kancah Internasional. Tentunya board game juga menjadi salah satu instrumen diplomasi yang sangat baik," kata Deputi Pemasaran BEKRAF, Josua P.M. Simanjuntak kepada DW Indonesia.
Peran pemerintah menyerupai BEKRAF menjadi signifikan dalam memfasilitasi para pelaku kreatif tanah air untuk berkreasi sampai bertemu pasar, supaya pelaku bisnis Indonesia sanggup menghasilkan nilai-nilai ekonomi dari karya yang mereka ciptakan.
Tahun ini, ada sekitar 1,200 eksibitor yang memamerkan karya-karya kreatif di area pekan raya yang mencapai 86,000 meter persegi atau setara dengan 10 kali lapangan bola itu. Pengunjung SPIEL sangat bermacam-macam mulai dari anak-anak, kalangan pelajar, orang tua, sampai kakek dan nenek pun sanggup ditemukan di sini untuk satu tujuan: bersenang-senang!
Ed: ts
Sumber detik.com
Posting Komentar