Berlin -
Berang-berang sebagai peliharaan, rino sebagai trofi, kayu tropis langka untuk furnitur, bisnis satwa liar sangat luas, menguntungkan, dan sering melanggar hukum. DW melaksanakan penelusuran ke semua aspek perdagangan ini.
Bisnis miliaran dollar
Perdagangan satwa liar merebak alasannya ialah tingginya selera konsumen akan tas berbahan kulit ular asli, binatang peliharaan eksotis yang lucu yang sanggup diposting ke dalam Instagram, hingga bab badan binatang lainnya yang dikonsumsi sebagai menu masakan langka dan obat tradisional.
Banyak spesies binatang dan tumbuhan yang dilindungi malah diperdagangkan secara ilegal – bahkan diperoleh dari dalam hutan hujan tropis. Ini menyebabkan kejahatan perdagangan satwa liar bersama perdagangan insan dan narkoba menjadi salah satu pasar gelap terbesar di dunia. Tidak heran bila Anda melihat harga seekor trenggiling, yang sisiknya terbuat dari keratin, satu kilonya sanggup menembus harga $1.000 di pasar gelap.
Karena sifatnya yang ilegal, sulit untuk memilih angka niscaya dari hewan-hewan yag diperdagangkan, namun mereka diperkirakan mempunyai harga hingga $20 miliar.
Hewan yang terancam punah diperdagangkan di Facebook
Reptil ialah binatang yang paling terkenal untuk diperdagangkan. Sementara sebagian besar perdagangan tersebut legal, namun sulit untuk mengontrol jaringan online dimana sekelompok pegiat konservasi satwa khawatir hewan-hewan tersebut diperdagangkan melalui platform Facebook kelompok-kelompok gelap. Mereka juga menyampaikan walau hewan-hewan tersebut diperdagangkan secara legal, duduk kasus keselamatan binatang juga tetap muncul. Beberapa binatang dikirim melalui pos atau diselundupkan dalam koper, dan kadang hingga di kawasan tujuan dalam keadaan sudah mati.
Eropa, terutama Jerman merupakan sentra perdagangan reptil
Ribuan binatang diperdagangkan di bazar reptil menyerupai di Pameran Terraristika di sebuah kota kecil Hamm, Jerman. Kemudian DW melaksanakan penyamaran dan pergi menelusuri perdagangan tersebut secara langsung. Peraturan aturan di Eropa relatif longgar mengenai perdagangan satwa liar, begitu satwa tersebut masuk Eropa, mereka sanggup dijual secara legal meskipun merupakan hasil selundupan dari negara asalnya.
Konservasionis beropini perdagangan legal dan teregulasi baik untuk spesies
Bisnis satwa liar dilindungi oleh the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) atau Konvensi Internasional Perdagangan Spesies Terancam Punah, sebuah perjanjian yang ditandatangani 182 negara plus Uni Eropa, membatasi dan dalam beberapa masalah melarang penjualan satwa liar lintas batas.
Sejumlah konservasionis menyampaikan perdagangan – selama termonitor dan teregulasi dengan baik – sanggup melindungi habitat dan spesies itu sendiri alasannya ialah menawarkan penduduk setempat pelengkap dana dalam aktivitas evakuasi hewan. Kulit ular nan eksotis dijadikan fashion glamor untuk tas dan sepatu, dimana itu terus berlangsung secara berkelanjutan, namun populasi mereka tetap terjaga, ujar mereka. Namun tidak semuanya sependapat.
Baca juga: Pedagang Komodo Bukan Satu-Satunya Pedagang Satwa Langka yang Diringkus
Pemburu membayar hingga $150.000 untuk membunuh gajah dan badak
Para pemburu trofi juga menyampaikan bahwa mereka berkontribusi terhadap jalannya konservasi dengan membayar sejumlah uang untuk memburu sejumlah hewan, menyerupai gajah atau jerapah setiap tahunnya. Negara-negara Afrika dengan sumber dayanya yang terbatas dalam melindungi satwa liarnya menyebabkan uang tersebut untuk aktivitas derma dan anti-perburuan satwa liar, ungkap mereka.
Ini merupakan klaim yang kontroversial. Di samping argumen moral, beberapa konservasionis menyampaikan perburuan trofi binatang langka sangatlah berbahaya dan menjadi semacam kamuflase kegiatan perdagangan satwa liar ilegal.
Tidak hanya hewan, ada juga durjana pohon
Spesies tumbuhan dan pohon juga dilindungi oleh perjanjian CITES dan banyak pula yang diperdagangkan ialah yang sudah hampir punah. Kayu-kayu tropis sangatlah bernilai, dan bila semakin langka akan semakin bagus.
Sindikat juga berperan dalam menjual kayu-kayu tropis menyerupai kayu rosewood Thailand dari hutan-hutan di Asia Tenggara ke pasaran, menyerupai negara China yang terkenal dengan minat tingginya. Kayu tersebut dipakai untuk furnitur, alat musik, dan barang-barang lainnya. Satu kubik meter kayu berwarna merah tersebut sanggup menghasilkan ribuan dollar.
Sumber detik.com
Posting Komentar