Potong Usus Turunkan Risiko Serangan Jantung Dan Stroke Pada Diabetes

Ilustrasi operasi. (Foto: thinkstock)
Jakarta - Operasi potong usus ternyata dapat mengurangi risiko stroke, serangan jantung, dan janjkematian jawaban diabetes. Riset memakai operasi berbiaya tinggi ini dilakukan tim dari Cleveland Clinic, Ohio.

Pada pasien diabetes tipe 2, operasi berhasil menurunkan risiko menalami serangan jantung sebesar 35 persen. Dengan peluang ini, risiko janjkematian pada pasien diabetes menjadi lebih kecil sesudah operasi yang disebut bariatric surgeries.

Tindakan operasi potong usus dilakukan dengan restriksi dan malabsorpsi. Restriksi diterapkan dengan mengurangi ukuran lambung untuk membatasi jumlah asupan makanan. Sementara malabsorpsi dilakukan untuk membatasi penyerapan makanan, dengan memotong (by pass) sebagian usus kecil.

"Riset mengatakan operasi bariatrik memang dapat mengurangi risiko janjkematian cukup besar jawaban obesitas dan diabetes. Namun ini bukan perjuangan terakhir alasannya yaitu riset ini masih akan dikembangkan," kata pimpinan riset Dr Ali Aminian yang juga dokter bedah bariatrik di Cleveland Clinic.

Baca juga: Wanita Ini Meninggal Dunia Setelah Dipatuk Ayam Peliharaannya

Kepala Reuters Health dikutip dari Daily Mail, Dr Aminian yakin, operasi bariatrik seharusnya direkomendasikan semenjak awal bagi pasien dengan diabetes dan obesitas. Namun riset tidak memuat imbas jangka panjang sesudah operasi dan faktor lain yang dapat mendorong penurunan risiko janjkematian jawaban berat tubuh berlebih.

Studi yang dimuat dalam Journal of the American Medical Association melibatkan 2.300 dewasa, yang mengalami diabetes tipe 2. Mereka mengalami operasi bariatrik sesuai kebutuhannya, sedangkan 11.500 responden lain tidak mengalami tindakan operasi.

Tindakan operasi bariatrik biasanya dilakukan mereka yang mempunyai berat tubuh berlebih, sesudah yang bersangkutan menjalani diet dan olahraga. Responden dalam riset ini mempunyai indeks massa tubuh lebih dari 30, dengan paling besar mencapai 40.

Baca juga: Tak Lebih Sehat dari Kurang Tidur, Kelebihan Tidur Justru Lebih Mematikan

Responden juga mengkonsumi sedikitnya satu obat dibetes, atau punya kadar glycated hemoglobin (HbA1c) 6,5 persen dan lebih besar. Kadar HbA1c mengindikasikan rendahnya kontrol kadar gula darah pada seorang pasien.

Pada responden yang dioperasi, kehilangan berat tubuh sekitar 64 pounds atau setara 29 kilogram. Sedangkan grup kontrol atau yang tidak menjalani operasi bariatrik kehilangan 19 pounds atau setara 8,6 kilogram berat badan.

Sebagai tambahan, sekitar 8 tahun sesudah riset terjadi gangguan kardiovaskuler pertama pada responden. Serangan terjadi pada 31 persen responden yang dioperasi dan 48 persen yang tidak mengalami operasi. Gangguan kardiovaskuler mencakup serangan dan gagal jantung, stroke, irama tidak teratur.

Baca juga: Manfaat Minum Teh Tiap Pagi, Salah Satunya Memperbaiki Fungsi Jantung

Kadar HbA1c rata-rata pada responden yang dioperasi sekitar 1,1 persen lebih rendah, daripada yang tidak mengalami operasi. Terlepas dari dengan atau tanpa operasi, pasien menjalani pengobatan untuk jantung dan diabetes.

Dokter jago endokrin Dr Jeffrey Mechanick dari Marie-Josee and Henry R. Kravis Center for Cardiovascular Health di Mount Sinai Heart and Icahn School of Medicine berharap studi dapat dilakukan lebih lengkap dan menyeluruh. Studi seharusnya dilakukan dalam bentuk prospektif untuk pasien.

"Kita perlu studi prospektif alasannya yaitu dokter tidak akan menganjurkan operasi bariatrik untuk yang berisiko rendah. Riset juga harus dapat menandakan efektivitas dan efisiensi operasi dibanding pengobatan biasa dan perubahan gaya hidup," kata Dr Mechanick.

Baca juga: Ciptakan Pendeteksi Gula Darah, Siswi Sekolah Menengan Atas Sabet Penghargaan Internasional

Simak Video "Menu Diet ala Korea Ini Bisa Cegah Diabetes Loh!"
[Gambas:Video 20detik]

ususoperasiserangan jantungdiabetesstrokecegah serangan jantungmencegah diabetesmencegah stroke

Sumber detik.com